Photobucket

Sabtu, 11 Juni 2011

ANTARA JIHAD (FUTUHAT) DAN IMPERIALISME


 Salah satu upaya , melestarikan imperialisme Barat di dunia Islam, adalah dengan memadamkan api jihad di tengah-tengah kaum muslim. Negara-negara imperilias itu sangat sadar , bahwa jihad yang dilakukan oleh kaum muslim di seluruh dunia, jelas akan membahayakan status quo mereka sebagai negara yang mendominasi dan merampok dunia saat ini.

Berbagai cara kemudian dilakukan untuk itu. Baik secara halus atau kasar, mempelintir dalil-dalil Qur’an, sampai melakukan penghinaan dan  pemutar balikan fakta. Upaya pemilintiran makna jihad antara lain dengan mengatakan jihad dalam Islam bersifat defensif (bertahan), bukan ofensif. Mereka juga memanfaatkan ulama-ulama yang dikesankan bijak dan alim dengan mengatakan yang terpenting adalah jihad melawan hawa nafsu sebagai jihad akbar, dibanding dengan jihad dalam pengertian perang.

Termasuk juga memperluas makna jihad dengan mengambil makna bahasanya. Muncul pula istilah-istilah yang sebelumnya tidak dikenal dikalangan Rosulullah dan salafussholeh, seperti jihad pembangunan, jihad politik, jihad ekonomi, jihad pendidikan dan lain-lain. Semua itu bermuara pada direduksinya makna jihad dalam pengertian yang sesungguhnya , yakni perang.

Tidak berhenti disana, jihad pun diputarbalikkan dengan makna-makna yang jelek. Jihad kemudian diidentikkan dengan terorisme, fundamentalisme, bar-bar dan tuduhan-tuduhan keji lainnya. Tindakan pejuang Palestina, Irak, Chechnya, Moro, Pattani, yang dijajah terutama oleh negara-negara imperilias disebut dengan tindakan teroris dan militan barbar.

Disisi lain, apa yang dilakukan AS dan negara-negara imperialis lainnya dicitrakan sebagai tindakan yang baik. AS dan Inggris menyerang Irak, Afghanistan disebut sebagai tindakan pembebasan, penegakan demokrasi dan HAM.

Adapula yang mengatakan sebenarnya tidak ada bedanya antara imperiliasme dan jihad (futuhat) dalam Islam. Kedua-duanya menggunakan kekerasaan , menumpahkan darah, merampok, dan merampas dan mengeksploitasi negara yang dijajahnya. Dalam persfektif ini, kemudian mereka menuduh agama juga sebagai sumber konflik dan kekacaauan di dunia. Mereka kemudian menyerukan ide-ide humanis , seperti perdamaian. Benarkah demikian ?


Penggunaan Kekerasaan oleh Negara

Bisa dipastikan tidak ada satu negara besar yang berbasis ideologipun didunia ini yang tidak menggunakan kekerasaan dalam meraih tujuan-tujuannya. Sebut saja misalkan AS sebagai negara Kapitalis terkemuka di dunia. Dalam prakteknya menggunakan kekerasaan untuk penyebarluasan ide-ide Kapitalismenya dan mencapai kepentingan nasionalnya.

Negara-negera yang berbasis ideologi sosialisme dan komunisme, juga melakukan hal yang sama. Sejarah telah mencatat bagaiman Rusia saat perang dingin melakukan pembantaian bukan hanya di negaranya, tapi hampir diseluruh dunia.

Memang penggunaan kekerasaan tidak bisa dihilangkan. Mengingat dunia pastilah terdiri dari berbagai macam pemikiran, ideologi, atau kepentingan. Saat satu negara ingin menyampaikan ideologinya atau kepentingannya, pastilah terjadi perlawanan dari pihak lain yang juga memiliki kepentingan. Manusia juga tidak semuanya baik dan tidak semuannya bisa disadarkan dengan kata-kata. Sebuah negarapun terkadang harus menggunakan kekerasaan untuk menghentikan atau mencegah tindakan kejahatan negara lain.

Tinggal persoalannya, atas dasar apa kekerasaan itu digunakan, tujuannya apa,dan bagaimana caranya. Inilah yang membedakan penggunaan kekerasaan oleh negara-negera ideologis tersebut. Dalam hal ini sebuah ideologi akan sangat mempengaruhi bagaimana penggunaan kekerasan tersebut dilakukan. Jadi meskipun Negara Islam dan Negara Kapitalis sama-sama menggunakan kekerasan, tapi ada perbedaan mendasar antara Islam dan Imperialis tersebut.


Motif dan Tujuan

Jihad bermotifkan keinginan untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Kemurnian motif ini  menjadi penentu , apakah seseorang diterima amal jihadnya atau   tidak. Karena, itu jihad yang benar, yang ikhlas karena semata-mata menjalankan perintah Allah, akan menyampingkan dominasi hawa nafsu manusia yang cendrung pada kerusakan.

Islam bersumber dari Allah SWT yang menciptakan alam semesta, yang Ar-Rohman, ar Rohim. Karena itu, pastilah penerapan ideologi Islam, akan memberikan kebaikan pada setiap manusia (lihat QS al-Anbiyâ’ [21]: 107 ).

Rahmat tersebut sesungguhnya akan terwujud dengan penerapan hukum-hukum Islam. Karena itu, ideologi Islam yang sesuai dengan fitrah dan memuaskan akal manusia, akan memberikan kebaikan kepada seluruh umat manusia.


 Sementara ideologi Kapitalisme bermotifkan keserakahan manusia untuk memuaskan hawa nafsunya. Tidak mengherankan kalau imperialisme membawa bencana bagi manusia.

Karena itu tujuan jihad, tidak ada hubungan dengan keinginan untuk merampas dan mengekploitasai bangsa lain, mendapatkan kedudukan untuk mendominasi manusia lain, atau untuk menindas bangsa lain. Tidak ada sama sekali. Tujuan jihad adalah semata-mata untuk menyebarluaskan Islam keseluruh penjuru dunia sehingga Islam sebagai agama yang membawa kebaikan pada setiap manusia bisa dirasakan oleh siapapun tanpa ada yang menghalangi.

Allah SWT telah menjelaskan beberapa tujuan dari jihad di dalam Al Qur'an : (1)  Meninggikan kalimat Allah dan melenyapkan segala macam fitnah (kekufuran) . Allah SWT berfirman :
" Perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah dan adalah agama bagi Allah semata-mata" (QS Al Baqoroh [2]:193).

(2) Menghilangkan kezaliman yang menimpa umat Islam. Allah SWT berfirman
" Diizinkan bagi orang-orang yang diperangi  (untuk berperang) karena mereka dianiya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong mereka " (QS al Hajj [22]:39)

(3) Menggentarkan musuh Allah dan siap saja yang berada dibelakang musuh, hingga mereka tunduk kepada Islam. Allah SWT berfirman:
" Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalina sanggupi, dan dari kuda-kuda yang ditambatkan (untuk persiapan perang) yang dengan itu kalian menggentarkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kalian…" (Al Anfal [8]60)

Beda halnya dengan tujuan ideologi Kapitalisme, karena didorong oleh keserakan manusia, adalah untuk merampas kekayaan alam negeri yang dijajah, mendominasi, dan menindas manusia-manusia yang ada di dalamnya. Motif Imperialisme/kolonialisme AS tidak bisa dipisahkan dari ideologi Kapitalisme yang diusung oleh negara itu.

Penjajahan sendiri merupakan stragegi kebijakan luar negeri yang sering ditempuh oleh negara-negara Kapitalis Imperialisme, kolonialisme, atau penjajahan telah dijadikan oleh negara-negara Kapitalis termasuk AS untuk membuka peluang baru bagi penanaman modal, menemukan pasar baru bagi kelebihan produksi yang tidak dapat dijual di dalam negeri , serta untuk mengamankan pemasukan bahan baku murah untuk kelanjutan proses produksi dalam negeri. Imperialisme ini kemudian menimbulkan hubungan superior dan inferior, dimana negara-negara Kapitalis menganggap mereka merupakan Tuan sementara negara lain adalah budak yang harus tunduk apapun perintah Tuan-nya.


Perbedaan Cara

Motif dan tujuan yang berbeda tentu saja melahirkan cara yang berbeda pula. Motif dan tujuan yang didasarkan pada keserakahan hawa nafsu manusia seperti dalam ideologi Kapitalisme, telah membuat ideologi ini menganut menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya. Bagi negara penganut ideologi kapitalisme penipuan, kebohongan, sampai pembantaian umat manusia adalah sah-sah saja , dalam rangka mencapai tujuannya. Tidaklah mengherankan kalau sejarah Kapitalisme-imperialisme dunia, diisi dengan dengan darah dan air mata dari negara yang dijajah.

Dalam sejarah kolonialisasi, tidak terhitung berapa korban dari wilayah yang dijajah . Perang dunia pertama dan kedua saja memakan jutaan jiwa dan penderitaan bagi mereka yang masih hidup. Dua bom atom yang dijatuhkan di Jepang membunuh lebih dari tiga juta jiwa rakyat sipil. Perang dingin dan Perang melawan terorisme yang dipimpin oleh AS juga telah menimbulkan banyak korban rakyat sipil. Dalam perang Vietnam Mereka menumpahkan 12 juta galon Agen Orange, menghancurkan 4,5 juta hektar tumbuhan dan menewaskan banyak rakyat sipil. Ribuan kaum muslim di Irak dan Afghanistan dibunuh atas dasar perang melawan terorisme yang penuh kebohongan. Embargo yang disponsori oleh AS telah membunuh lebih dari 1,5 juta rakyat Irak yang tak berdosa.

Dan semua itu dipandang enteng oleh negara-negara imperilias tersebut . Lihat saja saat Collin Powel ketika ditanya tentang terbunuhnya lebih kurang 200.000 rakyat Irak dalam Perang Teluk di era Bush Senior dulu, dengan enteng menjawab tidak begitu peduli dengan angka-angka itu. .  Sementara Madeleine Albright (Menlu AS era Clinton) oleh koresponde CBS tentang jumlah korban rakyat Irak yang mencapai 800.000 orang akibat embargo PBB. Jawaban Albrigt sama kejamnya, “We think the  price worth itu,” (Kami kira itulah harga yang pantas untuk itu).” Jadi, membunuh ratusan ribu nyawa kaum Muslim adalah harga yang pantas demi kejayaan kapitalisme yang rakus. Hal yang sama diungkap oleh Rumsfeld , dengan kata-katanya : ‘free people have the right to do bad things and commit crimes, Artinya bagi negara-negara yang menganut kebebesan tersebut, apapun menjadi sah untuk dilakukan bahkan untuk melalukan tindakan kriminalitas.

Hal ini sangat berbeda dengan Islam , yang menjalankan perangnya atas dasar petunjuk Allah SWT. Ada aktivitas yang harus dilakukan sebelum perang, yakni mengajak mereka terlebih dahulu mememeluk Islam. Kalau tidak mau mereka ditawarkan masuk dalam kekuasaan khilafah  seraya membayar jizyah, meskipun mereka tetap pada agama mereka. Walhasil, dalam Islam perang merupakan pilihan terakhir.

Perang Islam juga bukanlah perang yang barbar.  Perang dalam rangka futuhat bukanlah untuk memerangi rakyat setempat. Akan tetapi untuk menghilangkan penghalang-penghalang fisik termasuk penguasa dzolim mereka yang menghalangi diterima Islam secara lapang dan jujur. Dalam perang itu, Islam melarang membunuh orang-orang yang bukan termasauk tentara perang seperti anak-anak kecil , wanita, orang tua dan para rahib di gereja-gereja. Tawanan perang juga diperlakukan dengan baik.

Adapun penggunaan senjata pemusnah massal seperti senjata nuklir dan senjata kimia, hanya digunakan kalau musuh menggunakan senjata yang serupa. Sebab dalam Islam musuh harus diperlakukan setimpal.(lihat QS An Nahl [16]:126)

Fakta Yang Terbantahkan

Perbedaan motif, tujuan, dan cara nya , juga tentu saja memberikan hasil yang berbeda pula bagi manusia. Jihad yang dilakukan Islam , telah memberikan kebaikan kepada setiap manusia. Penerapan aturan Islam yang adil kepada masyarakat yang ditaklukkan, membuat mereka (yang ditaklukkan) tidak pernah merasa berbeda dengan yang menaklukkan mereka. Sebab, Daulah Khilafah Islam, memberikan jaminan kebutuhan pokok, kesejahteraan, dan keamanan yang sama bagi seluruh warganya. Tanpa melihat apakah dia merupakan rakyat yang ditalklukkan atau tidak. Mereka sama-sama hidup sejahtera dibawah naungan Islam.

Penerapan hukum Islam akan menjamin kebutuhan pokok dan  keamanan warganya, Islam juga menjamin pendidikan yang gratis bagi seluruh warga negara, kesehatan yang gratis, dan perlakuan penerapan hukum yang sama. Tanpa memandang dari suku, kelompok, bangsa atau agamanya apa dia berasal.

Rosulullah sendiri sangat memperhatikan perlakuan terhadap ahlu dzimmah ini  agar mereka tidak disakiti dan dizholimi. Dalam haditsnya Rosullah bersabda : " Barang siapa yang  menyakiti ahlul dzimmah (warga daulah Islam non muslim), maka aku akan menjdi penentangnya. Dan barang siapa membuat perjanjian diluar kemampuannya, maka aku akan menjadi penentangnya di hari kiamat".

Rosulullah melarang merusak tempat-tempat ibadah non muslim. Persamaan di depan hukum sangat tampak jelas dari pernyataan Rosulullah yang menyatakan akan memotong tangan pencuri meskipun itu adalah anaknya sendiri.  Hal ini dipraktekkan oleh kepala negara (kholifah ) setelahnya. Sangat populer praktek keadilan Islam seperti diriwayatkan bagaimana seorang Yahudi dibebaskan dari tuduhan mencuri di pengadilan Islam karena tidak cukup bukti. Padahal yang memperkarakannya adalah pemimpin negara Islam sekaligus sahabat Rosulullah yang agung , Kholifah Ali bin Abi Thalib.
Umar bin Khottab, saat menjadi Kholifah, pernah membebaskan tanah milik orang Yahudi yang dirampas untuk dibangun masjid. Kholifah menyuruh agar masjid itu dirubuhkan dan tanahnya dikembalikan kepada yahudi. Dia juga pernah membebaskan seorang Yahudi tua yang tidak sanggup lagi membayar jizyah (bayaran yang diberikan warga non muslim kepada negara) karena memang tidak mampu. Bahkan Kholifah menyuruh bendahara Baitul Mal (lembaga keuangan negara) untuk menyantuni yahudi tersebut. Perlu dicatat , bahwa fakta kebaikan ini bukankah semata-mata karena keluhuran pemimpin secara individu, tapi memang mereka menerapkan atauran Islam tentang hukum-hukum kepada ahlul dzimmah (warga non muslim).

Rakyat yang negeri nya ditaklukkan oleh Islampun, tidak pernah menganggap Islam sebagai penjajah. Sebaliknya, yang terjadi , mereka menyatu dengan pemeluk Islam lainnya , dan menjadi pembela Islam. Tidak pernah didengar rakyat Mesir, Suriah, Libya, Bosnia, menganggap Islam sebagai penjajah. Bahkan negeri-negeri itu dipenuhi dengan pejuang-pejuang Islam yang membela agamanya. Kalau Islam dianggap penjajah, bagaimana mungkin mereka membela dan memperjuangkannnya ?  

Berbeda halnya dengan penjajahan negara-negara Imperialis. Hampir sebagian besar rakyatnya menganggap mereka adalah penjajah. Indonesia, sampai kapanpun, akan menganggap Belanda dan Jepang sebagai  penjajah. Rakyat Mesir akan abadi menganggap Inggris sebagai penjajah. Itali pun sampai sekarang tetap dianggap penjajah oleh rakyat Libya. Apa yang terjadi di Irak dan Afghanistan sekarang adalah bukti yang nyata,  meskipun mereka tidak setuju terhadap rezim sebelumnya yang lalim seperti Saddam Husain, tapi bukan berarti mereka menerima Amerika Serikat. Negara Super Power ini , tetap saja dianggap sebagai penjajah. Anggapan yang bukan tanpa alasan, tapi memang didukung oleh fakta-fakta kekejaman negara itu.

Kalaupun ada yang gembira dengan kedatangan penjajah tersebut,jumlah mereka sangat sedikit. Mereka pada umumnya adalah pengkhianat yang hanya menginginkan kesenangan harta dan kekuasaan.


Syariat Islam yang ingin diterapkan jelas bukan hanya simbol atau kulitnya saja, tapi benar-benar secara keseluruhan. Dengan demikian Islam sebagai rahmat bagi semua akan terwujud. Seperti pengakuan  Phillip Hitti dalam Short History of The Arab  tentang sumbangan orang-orang Arab (Islam) bagi kemajuan manusia : "During all the  first part of the Middle Age, no other people made as  important a contribution to human progress as did the Arabs…." Hal yang sama dinyatakan oleh Carleton, saat mengomentari peradaban Islam dari tahun 800 M hingga 1600 M, menyatakan, “Peradaban Islam merupakan peradaban yang terbesar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan negara adidaya (super state) yang terbentang dari satu samudera ke samudera lain; dari iklim Utara hingga tropis dengan ratusan juta orang di dalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan suku.” (“Technology, Business, and Our Way of Life: What’s Next”).
  




  


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grocery Coupons